Rangkaian Kontrol dan Monitoring Kumbung Budidaya Jamur Tiram
Kumbung budidaya jamur tiram menjadi suatu inovasi yang berkembang pesat dalam dunia pertanian modern. Dengan memanfaatkan teknologi dan metode yang lebih efisien, kumbung ini memberikan solusi untuk meningkatkan produksi jamur tiram secara berkelanjutan. Budidaya jamur tiram dalam kumbung memberikan kontrol yang lebih baik terhadap lingkungan tumbuh jamur, seperti suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara, sehingga hasil produksi menjadi lebih konsisten. Selain itu, kumbung budidaya jamur tiram juga memberikan kontribusi positif terhadap pemanfaatan lahan, memungkinkan produksi jamur tiram dapat dilakukan secara berskala besar di berbagai lokasi. Dengan pertumbuhan industri jamur yang terus berkembang, kumbung budidaya jamur tiram menjadi pilihan yang menarik bagi para petani dan pengusaha yang ingin mengoptimalkan produksi jamur tiram secara efisien.
TUJUAN [KEMBALI]- Memenuhi syarat untuk Tugas Besar Mikroprosesor.
- Menciptakan kondisi lingkungan kumbung jamur tiram agar lebih optimal
- Peningkatan efisiensi produksi jamur tiram putih
- Pengelolaan sumber daya yang efisien pada jamur tiram putih
- Supply : 3.3 V – 5 V (arduino available)
- Output Type: Digital Output (0 and 1)
- Inverse output
- Include IC LM393 voltage comparator
- Sensitivitasnya dapat diatur
- Dimensi PCB size: 3.2 cm x 1.4 cm
5. LCD
- Superior weather resistance
- 5mm Round Standard Directivity
- UV Resistant Eproxy
- Forward Current (IF): 30mA
- Forward Voltage (VF): 1.8V to 2.4V
- Reverse Voltage: 5V
- Operating Temperature: -30℃ to +85℃
- Storage Temperature: -40℃ to +100℃
- Luminous Intensity: 20mcd
- Type: Rotary a.k.a Radio POT
- Available in different resistance values like 500Ω, 1K, 2K, 5K, 10K, 22K, 47K, 50K, 100K, 220K, 470K, 500K, 1 M.
- Power Rating: 0.3W
- Maximum Input Voltage: 200Vdc
- Rotational Life: 2000K cycles
1. Arduino
Kontruksi
Arduino adalah platform perangkat keras (hardware) yang dirancang untuk memudahkan pengembangan dan prototyping proyek-proyek elektronik. Ini terdiri dari papan sirkuit cetak berukuran kecil yang dilengkapi dengan mikrokontroler dan sejumlah pin input/output yang dapat digunakan untuk menghubungkan sensor, aktuator, dan komponen elektronik lainnya.
Mikrokontroler pada papan Arduino adalah otak utama yang mengontrol berbagai komponen yang terhubung dengannya. Papan Arduino biasanya dilengkapi dengan berbagai macam varian mikrokontroler dari berbagai produsen, seperti ATmega yang diproduksi oleh Microchip Technology. Meskipun demikian, Arduino lebih sering dikaitkan dengan platform open-source yang dikelola oleh Arduino.cc.
Arduino memiliki beberapa komponen utama yang membentuk papan sirkuit mikrokontroler. Berikut adalah penjelasan tentang komponen-komponen utama Arduino:
- Mikrokontroler: Ini adalah otak utama dari Arduino yang melakukan semua operasi pengolahan data dan kontrol. Arduino menggunakan mikrokontroler sebagai pusat kendali, yang berfungsi untuk membaca input, menjalankan kode program, dan mengontrol output. Beberapa varian Arduino menggunakan mikrokontroler dari berbagai produsen, seperti ATmega yang diproduksi oleh Microchip Technology.
- Pin I/O: Arduino memiliki sejumlah pin input/output (I/O) yang digunakan untuk menghubungkan sensor, aktuator, dan komponen lainnya. Pin ini bisa berfungsi sebagai input untuk membaca data dari sensor atau output untuk mengontrol aktuator. Ada pin digital dan pin analog. Pin digital dapat berupa input atau output dengan nilai logika 0 (LOW) atau 1 (HIGH), sementara pin analog digunakan untuk membaca nilai analog seperti sensor suhu atau cahaya.
- Papan Sirkuit: Papan Arduino adalah substrat fisik tempat semua komponen terhubung. Papan ini biasanya terbuat dari bahan tahan lama dan dilengkapi dengan jalur tembaga yang menghubungkan komponen-komponen elektronik.
- Konektor USB: Banyak varian Arduino dilengkapi dengan konektor USB. Ini memungkinkan Anda untuk menghubungkan papan Arduino ke komputer, sehingga Anda dapat mengunggah kode program ke mikrokontroler dan berkomunikasi dengan papan melalui koneksi serial.
- Catu Daya: Arduino memerlukan catu daya untuk beroperasi. Ini bisa berasal dari komputer melalui kabel USB atau dari sumber daya eksternal seperti baterai atau adaptor listrik. Beberapa papan Arduino memiliki regulator tegangan yang memungkinkan papan menerima berbagai tingkat tegangan masukan.
- Konektor Listrik: Arduino umumnya memiliki pin header atau konektor yang memungkinkan Anda untuk menghubungkan kabel atau kawat ke pin I/O. Ini memudahkan Anda dalam menghubungkan sensor, aktuator, dan komponen lainnya ke papan Arduino.
- Kristal Osilator: Kristal osilator digunakan untuk menghasilkan sinyal osilasi yang diperlukan oleh mikrokontroler untuk menjalankan perhitungan waktu dan operasi lainnya.
- Tombol Reset: Tombol reset memungkinkan Anda untuk mengulang proses booting papan Arduino atau menghentikan eksekusi program yang sedang berjalan.
- Indikator LED: Beberapa varian Arduino memiliki indikator LED yang terhubung ke pin tertentu. LED ini dapat diatur dalam kode program untuk memberi tahu status atau kondisi papan, seperti aktif atau dalam mode tidur.
Semua komponen ini bekerja bersama-sama untuk menciptakan platform Arduino yang kuat dan serbaguna untuk mengembangkan berbagai proyek elektronik dan pemrograman.
2. Flame Sensor
- VCC (Voltage Common Collector) atau VCC: Ini adalah pin daya yang digunakan untuk menyediakan tegangan kerja untuk sensor. Biasanya terhubung ke sumber daya positif.
GND (Ground):
Pin tanah, yang terhubung ke sumber daya negatif atau ground, untuk menciptakan sirkuit lengkap.OUT (Output):
Pin output menghasilkan sinyal yang menunjukkan apakah sensor mendeteksi keberadaan nyala api atau tidak. Sinyal ini dapat digunakan sebagai input untuk sistem kontrol atau mikrokontroler yang mengatur respons sistem terhadap deteksi api.NC (No Connection):
Beberapa sensor mungkin memiliki pin yang tidak terhubung untuk meningkatkan fleksibilitas desain atau memiliki opsi tambahan di masa mendatang.
Prinsip kerja
Flame sensor bekerja berdasarkan prinsip deteksi radiasi inframerah atau ultraviolet yang dihasilkan oleh nyala api. Sensor ini dilengkapi dengan fotodetektor sensitif terhadap panjang gelombang khusus yang dihasilkan oleh api. Ketika nyala api hadir, sensor mendeteksi radiasi ini dan menghasilkan sinyal keluaran. Sinyal tersebut kemudian dapat digunakan untuk mengontrol sistem, seperti mematikan peralatan jika nyala api tiba-tiba padam, yang secara signifikan berkontribusi pada keamanan dan stabilitas operasional di berbagai aplikasi, termasuk sistem pembakaran industri, peralatan pemanas, dan perangkat gas.
Grafik respon sensor
- VCC (Voltage Common Collector): Ini adalah pin daya yang digunakan untuk menyediakan tegangan kerja untuk sensor. Biasanya terhubung ke sumber daya positif.
- GND (Ground): Pin tanah, yang terhubung ke sumber daya negatif atau ground, untuk menciptakan sirkuit lengkap.
- OUT (Output): Pin output menghasilkan sinyal analog atau digital yang berkaitan dengan konsentrasi gas yang terdeteksi. Sinyal ini dapat dihubungkan ke mikrokontroler atau sistem pemantauan untuk analisis lebih lanjut atau tindakan respons.
- A0 (Analog Output): Beberapa versi sensor MQ-135 memiliki pin tambahan untuk output analog, yang memberikan informasi lebih rinci tentang tingkat konsentrasi gas.
- D0 (Digital Output): Jika sensor mendukung output digital, pin ini menghasilkan sinyal logika yang menunjukkan apakah konsentrasi gas telah melebihi ambang batas tertentu.
4.Sensor LDR
- Kaki Resistor: Salah satu kaki LDR terhubung ke elemen resistor variabel yang merespon terhadap intensitas cahaya.
- Kaki Tetap (Common): Kaki lainnya terhubung ke ujung tetap dari elemen resistor. Kaki ini sering dihubungkan ke referensi atau tanah (ground) dalam sirkuit.
- Sensor LDR, atau Light Dependent Resistor, beroperasi berdasarkan prinsip perubahan resistansi material semikonduktor di dalamnya sebagai tanggapan terhadap perubahan intensitas cahaya yang diterimanya. Umumnya terbuat dari sulfida kadmium (CdS), LDR memiliki sifat semikonduktor yang memungkinkan arus listrik melalui material tersebut. Ketika cahaya jatuh pada LDR, foton dalam cahaya merangsang perubahan pada struktur elektron di dalam semikonduktor, menghasilkan perubahan resistansi. Resistansi LDR akan berkurang seiring dengan peningkatan intensitas cahaya, memungkinkan arus listrik yang lebih besar mengalir melalui sensor. Sebaliknya, dalam kondisi cahaya yang rendah, resistansi meningkat, mengurangi arus yang mengalir. Output dari sensor ini, yang mencerminkan perubahan resistansi, dapat diukur atau digunakan dalam rangkaian elektronik untuk mengontrol atau memonitor berbagai aplikasi, seperti sistem pencahayaan otomatis atau kontrol paparan kamera. Prinsip kerja ini menjadikan LDR sebagai pilihan yang populer untuk mendeteksi dan merespons tingkat cahaya dalam berbagai situasi. Gambar grafik respon sensor untuk sensor LDR
5.LCD
LED merupakan singkatan dari Light Emitting Diode, merupakan salah satu perangkat semikonduktor yang mengeluarkan cahaya ketika arus listrik melewatinya, dan digunakan sebagai indikator keluaran (output). Tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:
Ada besi atau yang disebut dengan nama inti besi dililit oleh sebuah kumparan yang berfungsi sebagai pengendali. Sehingga kumparan kumparan yang diberikan arus listrik maka akan menghasilkan gaya elektromagnet. Gaya tersebut selanjutnya akan menarik angker untuk pindah dari biasanya tutup ke buka normal. Dengan demikian saklar menjadi pada posisi baru yang biasanya terbuka yang dapat menghantarkan arus listrik. Ketika armature sudah tidak dialiri arus listrik lagi maka ia akan kembali pada posisi awal, yaitu normal close. Fitur: 1. Tegangan pemicu (tegangan kumparan) 5V 2. Arus pemicu 70mA 3. Beban maksimum AC 10A @ 250 / 125V 4. Maksimum baban DC 10A @ 30 / 28V 5. Switching maksimum.
- VCC (Voltage Common Collector): Ini adalah pin daya atau tegangan yang digunakan untuk menyediakan daya kerja pada sensor DHT. Biasanya, pin ini dihubungkan ke sumber daya positif (VCC) pada mikrokontroler atau papan pengembangan.
- Data (atau sinyal) (D or S atau OUT): Ini adalah pin data atau sinyal yang digunakan untuk mentransfer data dari sensor DHT ke mikrokontroler atau papan pengembangan. Sinyal ini sering kali dihubungkan ke pin data pada mikrokontroler dan digunakan untuk membaca informasi suhu dan kelembaban yang diukur oleh sensor.
- Ground (GND): Ini adalah pin tanah atau ground, yang terhubung ke sumber daya negatif pada mikrokontroler atau papan pengembangan, menciptakan sirkuit lengkap.
- VCC (Voltage): Pin ini menyediakan tegangan suplai untuk motor servo. Tegangan biasanya sesuai dengan spesifikasi motor servo tertentu dan bisa bervariasi tergantung pada model dan mereknya.
- Ground (GND): Pin ini dihubungkan ke ground atau kutub negatif dari sumber daya listrik yang sama yang digunakan untuk VCC. Ini adalah titik referensi tegangan nol untuk motor servo.
- Signal (Sinyal): Pin ini digunakan untuk mengirimkan sinyal kontrol dari mikrokontroler atau perangkat lain ke motor servo. Sinyal yang dikirimkan mengatur posisi sudut motor servo. Sinyal PWM (Pulse Width Modulation) sering digunakan untuk mengontrol posisi motor servo, dengan panjang pulsa yang dikirimkan menentukan posisi sudut motor servo.
- Download library yang diperlukan pada bagian download dalam blog.
- Buka proteus yang sudah diinstal untuk membuat rangkaian.
- Tambahkan komponen seperti Arduino, sensor, dan perangkat lainnya lalu susun menjadi rangkaian.
- Buka Arduino IDE yang sudah diinstal.
- Di Arduino IDE, pergi ke menu "File" > "Preferences".Pastikan opsi
- "Show verbose during compile" dicentang untuk mendapatkan informasi detail saat kompilasi.
- Salin kode program Arduino pada blog kemudian tempelkan program tadi ke Arduino IDE.
- Kompilasikan kode dengan menekan tombol "Verify" di Arduino IDE.
- Cari dan salin path file HEX yang dihasilkan selama proses kompilasi.
- Kembali ke Proteus dan pilih Arduino yang telah Anda tambahkan di rangkaian.
- Buka opsi "Program File" dan tempelkan path HEX yang telah Anda salin dari Arduino IDE.
- Jalankan simulasi di Proteus.
- Rangkaian terdiri dari 5 sensor yaitu DHT11 untuk monitoring suhu dan kelembaban, ldr untuk monitoring lux cahaya, loadcell untuk monitoring baglog sebelum digunakan, gass memonitoring co2, flame untuk monitoring apakah terjadi kebakaran atau tidak
- rangkaian memiliki 6 output kontrol yaitu motor sprinkle untuk pemadaman api, motor misting untuk mengatur kelembaban, motor kipas untuk mengatur suhu, motor logic loadcell untuk mengatur berat baglog, motor ventilasi untuk mengatur kadar co2 dan motor servo rollerblind untuk mengatur cahaya
- ketentuan untuk kangkaian kontrol, motor sprinkle aktif kika flame sensor mendeteksi api
- misting motor aktif jika kelembaban kurang dari 60% selebihnya mati
- ventilasi terbuka ketika gas co2 lebih dari 20 ppm
- rollerblind tertutup jika cahaya lebih dari 200 lux dan jika kurang dia menutup
- motor kipas hidup jika suhu lebih dari 22C dan mati jika kurang dari 22C
- motor misting hidup jika kelembaban kurang dari 60% dan mati jika lebih dari 60%
- Loadcell memiliki 3 kondisi yaitu motor menambah substrat baglog jika berat kurang dari 0.9 kg
- mengurangi substrat baglog jika berat lebih dari 2 kg
- dan tidak melakukan keduanya jika berat 1 - 2 Kg
- Dipswitch ada 4 kondisi
- Output switch berpengaruh ke LCD
- Dipswitch 1 off - mode monitoring 1 (Gas, ldr, dan flame)
- Dipswitch 1 on - mode monitoring 2 (dht11 dan loadcell)
- Dipswitch 2 off - mode automatic watering
- Dipswitch 2 on - mode manual watering
video simulasi rangkaian proterus
- Video budidaya kumbung jamur tiram putih
- video teori lcd
- video teori DHT
- video teori arduino
- video teori LDR
- video teori Flame Sensor
- video teori MQ 135
- video teori load cell
- video teori sensor Flame Sensor
Download File [KEMBALI]
Download HMTL klik disini
Download listing program klik disini
Download video simulasi rangkaian klik disini
- Download Library
- Download datasheet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar